Rakyat Merdeka

Sabtu, 12 Maret 2011

Berjam - Jam Muridnya Diplonco di Depan Kelas, Tega Nian Guru SD Itu

Tangerang (FP-RM) - Lagi-lagi dunia pendidikan tercoreng. Seorang pendidik yang semestinya memberikan contoh dan soritauladan yang baik terhadap para siswa-siswinya, tapi ironisnya terkadang sikap mereka justru sangat bertolak belakang dengan profesi mulai yang disandangnya.

Peristiwa guru menganiaya muridnya merupakan kisah memilukan yang belakangan kerap terjadi. Puluhan orang tua murid di Tangerang, provinsi Banten, misalnya mengeluhkan sikap tak terpuji yang dilakukan salah seorang guru berinisial NN, wali kelas IA di SDN Pakualam, Kota Tangerang Selatan (Tangsel).

Orang tua murid di sekolahan itu geram, ketika menyaksikan sikap dan tingkah-polah wali kelas NN yang dianggap tak mendidik itu. Karena, jika kedapatan anak muridnya membandel, ia tak segan-segan memberikan sanksi atau hukuman yang cukup berat untuk ukuran anak pelajar sekolah dasar itu.

Jika, muridnya dianggap nakal, mereka dengan serta merta menjatuhkan hukuman dengan cara plonco. Misalnya, siswa harus berdiri di depan kelas hingga mata pelajaran usai. Bahkan, ibu guru itu tak segan-segan menjewer kuping anak didiknya hingga mereka menangis kesakitam.

Para orang tua siswa menyesalkan tindakan yang dilakukan wali kelas itu. Tapi disisi lain, guru NN beranggapan, sikap yang ia tanamkan itu merupakan hal yang sudah biasa. Bahkan, dirinya mengaku menpunyai alasan tersendiri. “Jika sedang mengajar murid-murid saya, lebih baik orang tua siswa tak usah ikut campur. Karena, jika sudah tiba disekolahan, seluruhan siswa sudah menjadi tanggung jawab guru, maupun wali kelas masing-masing. Apapun bentuk dan cara
yang akan diterapkan terserah guru yang bersangkutan,” jelas NN.

Sementara itu, Achmad Muslih, Kepala Sekolah SDN I Pakualam, terkesan ragu-ragu dalam mengambil setiap keputusan. Bahkan, ketika secara sewenang-wenang wali kelas melakukan tindakan dengan mengeluarkan salah seorang siswa kelas I dari sekolahan tersebut, ironisnya kepala sekolah itu seolah tak berdaya.

Meski, siswa tersebut berangkat dari keluarga tak mampu, semestinya para guru punya tanggung jawab moral untuk memberikan jalan keluar agar siswa tersebut bisa melanjutkan aktivitas belajar hingga tamat sekolah. Jadi, tidak dengan sewenang-wenang mengeluarkan anak didiknya sendiri. Apalagi, sesuai aturan, pemerintah telah mengeluarkan anggaran atau dana BOS untuk membantu, sekaligus meringankan beban bagi para pelajar. Jadi, tidaklah relevan jika guru di SDN I itu dengan seenaknya memplonco, bahkan terkesan tangan besi dengan semena-mena mengeluarkan murid dari sekolahan tanpa alasan yang mendasar.(bmb/dh)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar